A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui macam-macam refleks yang dikendalikan oleh otak dan medulla spinalis.
B. Dasar Teori
Gerak refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon setelah adanya rangsang. Gerak refleks akan berhubungan dengan saraf-saraf yang ada dalam tubuh. Secara normal seseorang pasti akan mengalami gangguan pada sistem sarafnya. Pada umunya gerak refleks berlangsung terhadap stimulus yang berasal dari luar tubuh, gerak refleks bukanlah gerak di bawah kesadaran dan kemauan, tetapi gerak yang disadari namun pelaksanaan serta respon yang ditimbulkan tidak terpikirkan lebih dulu (Yatim, 1987).
Refleks regangan adalah refleks dengan satu sinap pada lengkung refleksnya. Otot skelet besar terdiri atas banyak kumparan otot. Kumparan otot merupakan organ sensori tempat untuk mendeteksi perubahan panjang dan tekanan dari serabut otot. Setiap kumparan berisi serabut otot modifikasi yang disebut serabut intrafusal. Pada bagian tengah setiap serabut intrafusal mempunyai reseptor regangan mekanik, yang berhubungan dengan saraf sensori. Peregangan otot mengaktifkan reseptor regangan, meneruskan rangsang ke saraf yang menuju korda spinalis. Dalam korda spinalis, terminal kumparan serabut sensori membuat kontak eksitatori langsung dengan sinap neuron alfa motorik yang mengurus otot yang sama (Ratna, 1996).
Dalam pengertian sehari-hari refleks dapat digambarkan sebagai respon yang spontan dan automatik terhadap suatu rangsang tanpa melibatkan otak. Dalam pengertian yang lebih luas, refleks merupakan mekanisme yang memulai semua aktivitas tubuh. Contoh refleks dalam pengertian sehari-hari adalah menutupnya kelopak mata dengan cepat bila ada benda mengenai mata, refleks baru akan terjadi bila didukung oleh lengkung refleks. Lengkung refleks pada umumnya terdiri dari reseptor, neuron, sensorik, pusat saraf, neuron motorik dan efektor. Lengkung saraf yang sederhana hanya melibatkan dua rangkaian neuron antara reseptor dan efektor atau hanya mempunyai sebuah sinapsis antara neuron sensorik dengan neuron motorik dan disebut lengkung refleks monosinaptik misalnya pada lutut, jika lengkung saraf melibatkan satu atau lebih neuron penghubung antara neuron sensorik dan neuron motorik disebut lengkung refleks polisinaptik (Zulkarnain, 2011).
Sistem saraf manusia mengandung paling tidak 10 bilion sel saraf yang merupakan komponen dasar sistem saraf. Sistem saraf meliputi otak, sum-sum tulang belakang ganglion dan saraf. Unit struktural dan fungsional dan sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem saraf dikelompokkan menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi atau perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak, dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf tepi terjadi atas semua saraf yang letaknya di luar otak dan di luar sumsum tulang belakang (Pagarra, 2010).
Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalarkan impuls. Impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat menjalar ke sel lain dengan melintasi sinaps. Penjalaran impuls melintasi sinaps dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik atau transmisi kimiawi (dengan bantuan neurotransmitter) (Wiwi, 2006).
C. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:
Hari / Tanggal : Senin/ 12 Mei 2014
Pukul : 15.00 – 17.00 WITA
Tempat : Laboratorium Zoologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Negeri Alauddin Makassar
Samata, Gowa.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah papan dan alat seksi, bak plastik, lampu spiritus, termometer, gelas piala (600 cc), alat penghitung, bunsen dan korek api serta pinset.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah es, kapas dan katak (Rana cancarivora).
E. Cara Kerja
Adapun prosedur kerja di dalam melakukan praktikum ini adalah:
1. Katak normal
a. Meletakkan katak dengan posisi normal pada papan, mengamati kepala, mata dan anggota geraknya.
b. Menghitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menghitung gerakan kulit pada rahang bawah.
c. Mengamati keseimbangan dengan cara:
- Meletakkan katak dalam posisi terlentang pada papan, memutar papan secara horizontal, mengamati posisi dan gerak kepala, mata dan anggota geraknya.
- Memiringkan papan perlahan-lahan sehingga kepala katak sedikit terangkat.
d. Memasukkan katak ke dalam bak berisi air, mengamati cara berenangnya
e. Mengeluarkan katak dari air, meraba kekenyalan otot kakinya.
f. Meletakkan katak pada posisi normal kembali. Menarik salah satu kakinya ke belakang, meraba kekenyalan otot kaki tersebut dan kemudian melepaskannya.
g. Mencubit jari kaki dengan pinset.
h. Memasukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala berisi air (suhu kamar), kemudian memanaskan.
i. Memasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas (± 80oC).
2. Katak coba
a. Merusak otak katak dengan single-pithing, mengistirahatkan katak selama 5-6 menit untuk menghilangkan spinal shock.
b. Memberi perlakuan seperti pada katak normal (9 perlakuan). Mengamati refleks yang terjadi.
F. Hasil Pengamatan
1. Katak normal
a. Posisi normal
1. Kepala : Menghadap ke atas
2. Mata : Melotot
3. Alat gerak : Tangkai kaki melipat ke dalam
b. Alat gerak tungkai: Melipat dan jari-jari kaki terbuka
c. Frekuensi pernapasan 37 per menit
d. Keseimbangan
1. Setelah diputar katak mengikuti arah putaran
a. Kepala : Menghadap ke atas
b. Mata : Melotot
c. Alat gerak : Tungkai depan melipat ke dalam
2. Posisi ketika papan dimiringkan
a. Kepala : Menghadap ke atas
b. Mata : Melotot
c. Alat gerak : Tungkai depan melipat ke dalam sedangkan
tungkai belakang tidak melipat ke dalam.
d. Cara berenang : Bergerak aktif dengan kedua tungkai depan
dan belakang.
e. Otot kaki : Kenyal
f. Otot kaki Bereaksi pada saat dicubit dengan gerakan refleks atau melompat.
g. Reaksi pada saat dipanaskan
1. Sebelum dipanaskan pada suhu kamar normal
2. Ketika dipanaskan pada suhu 60oC kaki katak bereaksi dengan cara mengangkat kakinya
2. Katak coba 1 (single piting)
a. Posisi normal
1. Kepala : Menunduk
2. Mata : Sayup
3. Alat gerak : Tungkai depan menekuk ke samping
b. Frekuensi pernapasan : 79 per menit
c. Keseimbangan ketika diputar
1. Mata : Sayup
2. Kepala : Miring
3. Alat gerak : Menyamping
d. Otot kaki : Kenyal
e. Otot kaki ketika dicubit melakukan perlawanan/menarik kaki
f. Reaksi pada saat berenang tidak ada
3. Katak coba II (Double pithing)
a. Posisi katak
1. Kepala : Menghadap ke atas
2. Mata : Sayup
3. Alat gerak : Tungkai depan menghadap ke arah depan dan tungkai
belakang telentang
b. Frekuensi pernapasan : 60 per menit
c. Keseimbangan katak
1. Setelah diputar
a. Kepala : Menghadap ke atas
b. Mata : Sayup
c. Alat gerak : Tungkai depan menghadap ke dalam dan tungkai
belakang terlentang
2. Posisi ketika papan dimiringkan
a. Kepala : Menghadap ke atas
b. Mata : Sayup
c. Alat gerak : Tidak tidak bertahan dan langsung jatuh
3. Kakinya tidak bergerak dengan normal
4. Otot kaki : Kenyal
5. Reaksi ketika dicubit bergerak tetapi tidak seperti biasa
6. Reaksi pada saat dipanaskan
a. Pada suhu kamar : 27 oC tidak bergerak
b. Pada suhu : 80 oC kaki katak bereaksi
G. Pembahasan
Pada percobaan ini bahan yang utama yang digunakan adalah katak (Rana cancarivora) sebanyak 1 ekor. Hal ini dilakukan untuk melihat gerak refleks yang dihasilkan dari katak normal dan katak coba setelah diberikan perlakuan.
1. Katak normal
Pada katak normal terlebih dahulu mengamati posisi kepala yang mendongak, mata melotot, pada anggota alat gerak melipat dan jari-jarinya terbuka. Dimana frekuensi pernapasan 37 per menit. Selanjutnya mengalami keseimbangan katak setelah diputar katak mengikuti arah putaran, mata melotot, kepala mendongak, dan alat gerak jari kakinya melipat ke dalam. Ketika dimiringkan yaitu kepala menengok ke atas, mata melotot, dan alat gerak yaitu kakinya melipat ke dalam. Ketika berenang katak menggunakan selaput membran swim (renang), mata melotot, dan kepala mendongak. Ketika dicubit otot kaki kenyal dan katak melakukan perlawanan dengan menarik kakinya. Ketika katak dipanaskan pada suhu kamar normal katak tidak bereaksi dan ketika dipanaskan pada suhu 60 oC katak bereaksi dengan mengangkat kakinya. Hal ini terjadi karena adanya reseptor dan merespon stimulus yaitu panas reseptor tersebut akan menghasilkan potensial aksi yang selanjutnya dan diteruskan ke pusat penginteraksi refleks sehingga kaki katak tersebut langsung memberi gerak refleks dengan cara mengangkat kakinya, walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi yang sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak dibagian luar (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Sedangkan pada sum-sum tulang belakang, bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
2. Katak coba
a. Single pithing
Pada pengamatan single pithing, yaitu dengan merusak bagian otak, selajutnya memberi perlakuan yang sama dengan katak normal. Dimana posisi katak tersebut dengan kepala mendongak, mata sayup, dan alat gerak menyamping. Frekuensi pernapasan per menit adalah 79. Pada saat papan bedah diputar dengan katak ikut terputar, posisi kepala mendongak, mata sayup, alat gerak menyamping. Begitu pula saat otot kaki dicubit ototnya masih kenyal dan katak melakukan perlawanan dengan cara mengangkat kakinya. Dan ketika berenang, katak berenang dengan lambat. Pada suhu kamar katak tidak bereaksi tetapi bereaksi pada suhu normal, begitu pula pada suhu 79oC, terjadi gerak refleks pada alat gerak yang dicelupkan ke dalam air. Karena potensial aksi yang melalui jalur eferen ke efekto akan menghasilkan gerak menarik jari kaki, sedangkan yang menuju ke otak menghasilkan kesadaran terhadap apa yang terjadi dan merasakan panas.
d. Double pithing
Pada pengamatan double pithing, yaitu merusak otak dan sumsum tulang belakang katak. Setelah itu memberikan perlakuan yang sama seperti katak normal. Pada posisi normal, kepala mendongak, mata sayup dan alat gerak tungkai depan menghadap ke depan dan tungkai belakang terlentang. Frekuensi pernapasan 60 per menit Keseimbangan katak pada saat papan bedah diputar dengan katak pada posisi telentang yaitu kepala menunduk, mata sayup dan alat gerak tungkai depan menghadap ke dalam dengan tungkai belakang terlentang. Tetapi pada saat papan dimiringkan, alat gerak katak tidak bertumpu pada papan dan langsung terjatuh, mata sayup, dan kepala menunduk. Otot kaki masih kenyal tetapi tidak sekenyal katak coba single pithing, karena sisten saraf yang mengatur fungsi metabolisme organ-organ dan pengatur distribusi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh telah kehilangan fungsinya. Keelastisan otot disebabkan oleh membran sel otot yang disebut sarkolem yang dibungkus oleh endomesium, yaitu jaringan ikat yang banyak mengandung serabut kolagen reticulum dancelastin. Katak sudah tidak dapat berenang dan tidak bereaksi pada saat dicubit. Pada suhu kamar tidak bereaksi tetapi bereaksi pada suhu 27oC, begitu pula pada suhu 80oC terjadi gerak refleks pada alat gerak yang dicelupkan ke dalam air. Frekuensi pernapasannya lebih tinggi dibandingkan dengan yang normal karena terjadi kesalahan pada saat menghitung.
H. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Otak merupakan pengendali gerak refleks karena mengatur semua aktifitas atau semua sumber kegiatan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerak refleks otak, yaitu pada bagian dorsal merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata dan juga pusat pendengaran.
2. Pada sumsum tulang belakang saluran spinal yang berisi cairan serebrispinal, dimana saluran berhubungan dengan ventrikel-ventrikel dimana dalam otak sumsum tulang mengendalikan gerak refleks pada otot karena mengatur pusat metabolisme.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, Wiwi. Fisiologi Hewan. Jakarta: Karisus, 2006.
Pagarra, Halifa. Struktur Hewan. Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2010.
Ratna. Susunan Saraf Otak Manusia. Jakarta: Sagung Seto, 1996.
Umar, Zulkarnain. Struktur Hewan. Makassar: UIN Press, 2011.
Wilda, Yatim. Biologi Umum. Bandung: Tarsito, 1987.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar