A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat homeostasis pada telur dengan konsentrasi berbeda-beda.
B. Dasar Teori
Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh, dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis. Adaptasi fisiologis terhadap stress adalah kemampuan tubuh untuk dapat mempertahankan keadaan relatif seimbang. Kemampuan adaptif ini adalah bentuk dinamik dari ekuilibrium lingkungan internal tubuh. Lingkungan internal secara konstan berubah, dan mekanisme adaptif tubuh secara kontinyu berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan. Tubuh membuat penyesuaian dalam frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk mempertahankan adaptasi (Zahrotul, 2014).
Mekanisme-mekanisme homeostatik untuk mengontrol temperatur terdapat pada berbagai tingkat. Alat pendingin tubuh yang kurang mendapat perhatian adalah pola perilaku pembebasan sumber panas. Pada cuaca yang panas, kebanyakan mamalia mencari tempat berteduh. Karena kontraksi otot merupakan sumber utama panas hewan, surpesi aktivitas fisik sangat penting untuk mencegah peningkatan temperatur lebih jauh lagi. Respon perilaku yang ketiga adalah pemilihan pakaian yang longgar dan yang warnanya dapat membantu pembuangan panas (putih cenderung memantulkan sinar dan panas) (George 2006).
Hilangnya darah karena luka dapat sangat mengganggu distribusi zat-zat dari sel, dan hewan yang mempunyai sistem sirkulasi telah mengembangkan mekanisme untuk hemostatis, yaitu untuk menghentikan aliran darah setelah terjadi luka. Karena hemostatis tersebut telah mempunyai arti medis yang penting, maka proses ini pada vertebrata telah diteliti secara mendalam, khususnya pada mamalia atau pada avertebrata (Claude, 2006).
Aktivitas sel juga menghasilkan berbagai macam hasil sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat sisa, yang dialirkan ke lingkungan internal (yaitu cairan ekstraseluler). Apabila aktivitas sel berubah, pengambilan zat dari lingkungan eksternal dan pengeluaran berbagai zat dari dalam sel ke lingkungan internal juga berubah. Perubahan aktivitas sel ini akan mengubah keadaan lingkungan internal. Perubahan lingkungan internal yang ditimbulkan oleh sebab manapun harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostasis selalu terjaga (Wiwi, 2006).
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan (Nurodin, 2014).
C. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:
Hari / Tanggal : Senin, 05 Mei 2014
Pukul : 15.00 – 17.00 wita
Tempat : Laboratorium Zoologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Negeri Alauddin Makassar
Samata, Gowa.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas air mineral, jarum pentul, sedotan limun (pipet transparan), penggaris dan stopwatch.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, larutan NaCl 0,5%, 1% dan 2%, telur bebek, telur ayam ras, telur ayam kampung dan lilin.
E. Cara Kerja
Adapun prosedur kerja di dalam melakukan praktikum ini adalah:
1. Melepaskan cangkan telur bagian atas dan bawah dengan hati-hati dan mengusahakan agar membran telur bagian bawah tidak ikut terlepas saat membuka cangkan telur bagian bawah.
2. Memasukan pipet bening ke dalam telur dengan hati-hati dan mengusahakan agar pipet tidak menembus membran telur bagian bawah.
3. Memasukan telur tersebut (ayam ras, kampung dan bebek) masing-masing ke dalam gelas air mineral yang berisi aquadest, larutan NaCl 0,5%, 1% dan 2%.
4. Mengamati dan mengukur perubahan tinggi larutan pada pipet transparan untuk tiap-tiap telur interval waktu 5 menit selama 12 kali pengulangan.
F. Hasil Pengamatan
1. Telur Ayam Kampung
NO
|
Larutan
|
Tinggi Cairan Di Dalam Sedotan Setiap 5 Menit
| |||||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
IX
|
X
|
XI
|
XII
| ||
1.
|
Aquadest
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2.
|
NaCl
0,5 %
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3.
|
NaCl
1 %
|
0
|
0
|
0,1
|
0,6
|
1,2
|
2,0
|
2,5
|
3,0
|
3,5
|
3,7
|
4,0
|
4,5
|
4.
|
NaCl
2 %
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2. Telur Ayam Ras
NO
|
Larutan
|
Tinggi Cairan Di Dalam Sedotan Setiap 5 Menit
| |||||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
IX
|
X
|
XI
|
XII
| ||
1.
|
Aquadest
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,1
|
0,2
|
0,5
|
1,0
|
1,2
|
1,3
|
1,5
|
2,0
|
2.
|
NaCl
0,5 %
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3.
|
NaCl
1 %
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,1
|
0,3
|
0,5
|
0,6
|
1,2
|
1,2
|
1,2
|
1,4
|
4.
|
NaCl
2 %
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3. Telur Bebek
NO
|
Larutan
|
Tinggi Cairan Di Dalam Sedotan Setiap 5 Menit
| |||||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
IX
|
X
|
XI
|
XII
| ||
1.
|
Aquadest
|
0
|
0
|
0,2
|
0,5
|
1,1
|
1,5
|
2,0
|
2,9
|
3,2
|
3,8
|
4,4
|
5,0
|
2.
|
NaCl
0,5 %
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3.
|
NaCl
1 %
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4.
|
NaCl
2 %
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
G. Pembahasan
Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam mempertahankan kondisi yang dialaminya. Pada proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang atau dapat juga dikatakan bahwa homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
1. Telur ayam kampung
Pada pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini untuk mengamati proses homeostasis digunakan 3 jenis telur yaitu telur ayam kampung, telur ayam ras, dan telur bebek dengan menggunakan 4 jenis larutan yaitu aquadest, NaCl 0,5 %, NaCl 1 %, dan NaCl 2 %. Pada pengamatan pertama yang dilakukan untuk mengamati proses homeostasis yang berlangsung pada telur ayam kampung dengan menggunakan larutan aquadest bahwa tinggi larutan yang teramati pada pipet bening dari 5 menit ke I hingga 5 menit ke XII adalah 0 atau dengan kata lain tidak terjadi kenaikan larutan. Untuk telur ayam kampung yang direndam di dalam larutan NaCl 0,5 % juga mengalami hal yang sama dengan telur ayam kampung yang direndam di dalam larutan aquadest. Sedangkan untuk telur ayam kampung yang direndam di dalam larutan NaCl 1% mengalami hal yang berbeda, yaitu pada 5 menit ke I dan ke II tidak terjadi kenaikan larutan namun pada 5 menit selanjutnya terjadi perubahan. Pada 5 menit ke III, tinggi larutan yang teramati yaitu 0,1 cm, pada 5 menit ke IV, tinggi larutan yang teramati yaitu 0,6 cm, pada 5 menit ke V, tinggi larutan yang teramati yaitu 1,2 cm dan pada 5 menit ke VI, tinggi larutan yang teramati yaitu 2,0 cm. Sedangkan pada 5 menit ke VII, tinggi larutan yang teramati yaitu 2,5 cm, pada 5 menit ke VIII, tinggi larutan yang teramati yaitu 3,0 cm, pada 5 menit ke IX, tinggi larutan yang teramati yaitu 3,5 cm, pada 5 menit ke X, tinggi larutan yang teramati yaitu 3,7 cm, pada 5 menit ke XI, tinggi larutan yang teramati yaitu 4,70 cm dan pada 5 menit ke XII, tinggi larutan yang teramati yaitu 4,5 cm. pada larutan NaCl 2%, 5 menit ke I hingga 5 menit ke XII tidak terjadi kenaikan larutan.
2. Telur ayam ras
Pada pengamatan kedua yang dilakukan untuk mengamati proses homeostasis yang berlangsung pada telur ayam ras dengan menggunakan larutan aquadest, pada 5 menit ke I hingga 5 menit ke IV belum terjadi kenaikan kelarutan. Dan pada 5 menit ke V tampak terlihat bahwa tinggi larutan yang teramati pada pipet bening tersebut yaitu 0,1 cm, pada 5 menit ke VI, tinggi larutan yang teramati yaitu 0,2 cm, pada 5 menit ke VII, tinggi larutan yang teramati mengalami peningkatan yaitu menjadi 0,5 cm dan pada 5 menit ke VIII, tinggi larutan yang teramati yaitu 1,0 cm. Pada 5 menit ke IX, tinggi larutan yang teramati yaitu menjadi 1,2 cm dan pada 5 menit ke X, tinggi larutan yaitu 1,3 cm. Pada 5 menit ke XI, tinggi larutan yaitu 1,5 cm dan pada 5 menit ke XII tinggi larutan yaitu 2,0 cm. Untuk telur ayam ras yang direndam pada larutan NaCl 0,5% dari 5 menit ke I hingga 5 menit ke XII tidak terjadi kenaikan larutan. Pada telur ayam ras yang direndam pada larutan NaCl 1% dari 5 menit ke I hingga 5 menit ke IV belum terdapat larutan pada pipet bening. Pada 5 menit ke V terdapat larutan yang naik yaitu 0,1 cm. Pada 5 menit ke VI larutan yang naik yaitu 0,3 cm. Pada 5 menit ke VII larutan yang naik yaitu 0,5 cm. Pada 5 menit ke VIII larutan yang naik yaitu 0,6 cm. Pada 5 menit ke IX larutan yang naik yaitu 1,2 cm. Pada 5 menit ke X dan 5 menit XI tidak terjadi kenaikan larutan yakni tetap 1,2 cm dan pada 5 menit ke XII terjadi kenaikan larutan yakni 1,4 cm. Pada NaCl 2%, pada 5 menit ke I hingga 5 menit ke XII tidak terjadi kenaikan lariutan.
3. Telur bebek
Pada pengamatan selanjutnya yang dilakukan pada telur bebek dengan menggunakan aquadest pada 5 menit ke I dan II tidak terjadi kenaikan larutan. Pada 5 menit ke III telah terdapat larutan yakni 0,2 cm. Pada 5 menit ke IV, larutan naik menjadi 0,5 cm. Pada 5 menit ke V larutan naik menjadi 1,1 cm. Pada 5 menit ke VI larutan naik menjadi 1,5 cm. Pada 5 menit ke VII terjadi kenaikan larutan menjadi 2,0 cm. Pada 5 menit ke VIII larutan naik menjadi 2,9 cm. Pada 5 menit ke IX larutan naik menjadi 3,2 cm. Pada 5 menit ke X larutan naik menjadi 3,8 cm. Pada 5 menit ke XI larutan naik menjadi 4,4 cm. Dan pada 5 menit ke XII kembali terjadi kenaikan yakni 5,0 cm. Pada larutan NaCl 0,5 % tak terlihat adanya kenaikan larutan dari 5 menit ke I hingga 5 menit ke XII. Pada larutan NaCl 1% juga tidak terjadi kenaikan larutan. Dan pada NaCl 2% sama dengan NaCl 5% dan NaCl 1% yang juga tidak terjadi kenaikan larutan. Jadi hasilnya nol.
Faktor yang menyababkan cairan albumin dalam telur naik ke atas pipet karena adanya cairan hipotonik dimana cairan hipotonik ini merupakan konsentrasi zat pelarut yang lebih tinggi daripada zat terlarutnya. Sebaliknya, mengapa cairan albumin dalam telur tidak naik keatas pipet karena adanya cairan isotonik yang merupakan konsentrasi dimana zat pelarut dan zat terlarut seimbang.
H. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa data yang didapatkan dikatakan bahwa Larutan NaCL dengan konsentrasi yang lebih tinggi (0,5%, 1% dan 2%) memiliki kemampuan berdifusi yang lebih tinggi. Akan tetapi, bila dilihat dari keseluruhan, maka tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok antara NaCl konsentrasi 0,5%, 1%, dan NaCl 2% dalam hal kemampuan berdifusi karena semuanya menunjukkan gejala yang sama yaitu terjadinya perubahan. Kenaikan cairan albumin pada telur ayam kampung ke atas pipet dapat dilihat pada NaCl 1% hingga 4,5 cm. Pada telur ayam ras, kenaikan cairan terjadi pada aquadest hingga 2,0 cm dan NaCl 1% hingga 1,4 cm. Pada telur bebek kenaikan cairan terlihat pada aquadest hingga 5,0 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Fried, George H. Ph.D. dan George J. Hademenons, Ph.D. Biologi. Cet. V: Jakarta:
Erlangga, 2006.
Isnaeni, Wiwi. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisus, 2006
Ville, Claude A, dkk. Zoologi Umum Edisi VI. Jakarta: Erlangga, 2006.
Zahrotul. 2013. Blog Zahrotul. Materi Mekanisme-mekanisme dari Homeostasis.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar